KONSERVASI
TANAH DAN AIR
Pendahuluan :
Tanah dan
air à sumberdaya alam yang
paling fundamental bagi manusia.
Tanah à bahan pangan, sandang, papan, tambang dan tempat beraktifitas
Tanah à campuran partikel mineral dan organik dengan
berbagai ukuran dan
komposisi.
Tanah à air, unsur hara, dan
oksigen bagi tanaman
Luas seluruh
laban di atas permukaan bumi kurang lebih 148 juta km2 atau 14.800
juta hektar, sekitar 29% dari luas
seluruh permukaan planet
bumi kita ini.
Jadi sebagian
besar (71%) dari permukaan bumi kita ini
berupa air, terutama laut
(Buringh, 1979).
Dari sejumlah 14.800 juta
hektar tersebut hanya
13.400 juta hektar
yang dapat dimanfaatkan langsung untuk keperluan hajad
hidup manusia dan binatang darat sisanya
sebanyak 1.400 juta hektar tertutup es abadi.
Lahan yang dapat
digunakan untuk lahan pertanian (bercocok tanam)
hanya 3.400 juta hektar
Air à sumber kehidupan, manusis butuh 2,5 – 3 lt / hari
Manusia
bisa bertahan hidup 2-3 minggu tanpa makan, tapi hanya 2-3 hari tanpa air minum
Kebutuhan air konsumsi semakin meningkat
seiring jumlah penduduk.
Kualitas air semakin berkurang karena polusi
/pencemaran
Tekanan terhadap lahan/tanah semakin
meningkat karena :
◦ Kebutuhan pangan
◦ Kebutuhan papan/perumahan
◦ Kebutuhan industri
à Terjadi alih fungsi lahan pertanian
Produktivitas tanah semakin menurun, tekanan
semakin meningkat à EROSI tanah semakin tinggi
Erosi berdampak negatif à pengurangan ketersediaan air,
nutrisi, bahan
organik, dan menghambat kedalaman perakaran
Pendekatan
dasar dalam konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut:
1.
Menyediakan
penutup tanah dengan
tanaman atau mulsa
agar tanah terlindung dari
pukulan hujan langsung.
2.
Memperbaiki dan menjaga kondisi tanah agar
tanah tahan terhadap penghancuran
dan pengangkutan, serta meningkatkan kapasitas infiltrasi.
3.
Mengatur
aliran permukaan sedemikian
rupa sehingga mengalir
dengan energi yang tidak merusak, dengan cara
(1) mengurangi aliran permukaan. (2) menahan aliran permukaan, dan (3) mengendalikan aliran permukaan.
4.
Meningkatkan
efisiensi penggunaan air.
5.
Menjaga kualitas air.
6.
Mendaur ulang air.
MEKANISME
DAN BENTUK EROSI
Erosi
tanah terjadi melalui tiga tahap, yaitu
◦
tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah
◦
tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti
aliran air dan angin.
◦
pada kondisi
dimana energi yang
tersedia tidak lagi
cukup untuk mengangkut partikel,
maka akan terjadi tahap yang ketiga yaitu tahap pengendapan.
Bentuk
Erosi :
◦
Erosi
percikan (flash erosion)
◦
Erosi
aliran permukaan (overland flow erosion)
◦
Erosi
alur (rill
erosion)
◦
Erosi
parit/selokan (gully erosion)
◦
Erosi
tebing (stream
bank erosion)
◦
Erosi
internal (internal or subsurface erosion)
◦
Tanah
longsor (land slide).
1) Erosi percikan adalah terlepas dan terlempamya
partikel-partikel tanah dari massa tanah akibat pukulan butiran air hujan
secara langsung.
Proses erosi percikan terdiri-dari tiga tahap, yaitu :
◦
(a) terjadinya penggemburan yang cepat pada permukaan
tanah sehingga kohesinya menurun, akibatnya laju erosi percikan akan meningkat;
◦
(2) terjadinya
pemadatan permukaan akibat pukulan butir
air hujan sehingga terbentuk lapisan
kerak (crust) tipis yang akan menurunkan jumlah partikel tanah
yang terlempar ke udara dan meningkatkan partikel yang terlepas baik oleh percikan air hujan
maupun oleh adanya aliran permukaan
itu sendiri
◦
(3) terjadinya
turbulensi aliran permukaan yang mampu mengangkut sebagian lapisan kerak pada
permukaan tanah
2) Erosi
Aliran Permukaan
Erosi aliran
permukaan akan terjadi
hanya dan jika
intensitas dan/atau lamanya hujan
melebihi kapasitas infiltrasi
atau kapasitas simpan
air tanah. Mengingat bahwa aliran permukaan terjadi tidak merata dan arah
alirannya tidak beraturan, maka kemampuan
untuk mengikis tanah
juga tidak sama
atau tidak merata untuk semua
tempat.
3) Erosi alur
Erosi
alur terbentuk pada jarak tertentu ke arah bawah lereng sebagai
akibat terkon-sentrasinya
aliran permukaan sehingga membentuk
alur-alur kecil.
Jika
alur-alur yang terbentuk merupakan alur baru, maka alur-alur tersebut tidak
selalu saling berkaitan dengan alur yang terbentuk sebelumnya.
3) Erosi Parit
Proses
terjadinya erosi parit, atau yang dikenal juga sebagai ravine, sama dengan erosi alur, sehingga pada mulanya erosi
parit ini dianggap sebagai perkembangan lanjut
dari erosi alur
Proses
pembentukan parit dimulai dengan pembentukan depresi (depression) pada lereng sebagai akibat adanya bagian lahan yang gundul atau tanaman
penutupnya jarang akibat pembakaran atau perumputan.
Air
permukaan terkonsentrasi pada bagian ini
sehingga depresi makin membesar
dan beberapa depresi menyatu dan membentuk saluran baru.
Erosi
terkonsentrasi pada kepala depresi
dimana dinding yang hampir tegak yang dilewati aliran air.
5) Erosi Tebing Sungai
Erosi
tebing sungai adalah erosi yang terjadi akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas
tebing atau oleh terjangan
arus air sungai yang kuat terutama pada tikungan-tikungan.
Erosi tebing akan lebih hebat jika tumbuhan penutup tebing telah rusak
atau pengolahan lahan terlalu dekat dengan tebing.